Nina Kakak Iparku. Hari ini begitu sibuknya bossku, yang berarti juga aku disibukkan dengan pekerjaanku. Setelah seharian mengetik dan duduk berjam-jam menghadapi komputer dengan ketikan begitu seabrek, dan mata yang sudah mulai meredup, karena layar monitor. Karena hal itulah aku jadi selalu lupa waktu, tidak terasa jam demi jam aku lalui
Sesudahmandi, saya baru pakai celana dalam serta boxer waktu kakakku menyebut. "Dedeee!! Tolongin kakak dong, sepertinya AC kamar kakak ngaco deh" Demikian masuk kamarnya, kakakku telah bermandikan keringat karna kepanasan waktu dia tidur barusan hingga gaun tidurnya basah semuanya. Kucoba untuk mengutak-atik AC-nya tetapi akhirnya nihil.
Kakakkuberumur 23 tahun dan baru wisuda. Aku memanggilnya Mbak Lulu. Kakakku memang cantik, tubuhnya putih mulus, dadanya gede dan pantatnya yang montok. Tingginya 171 cm dan berat 54 kg. Sangat seksi sekali, sehingga banyak cowok yang naksir termasuk aku sendiri. Aku punya kebiasaan onani setiap hari, bahkan bisa lebih lima kali sehari.
Bokeptetangga- Cerita Seks Mandi Bareng Dalam kisah keduaku setelah cerita kak Linda, aku ingin berbagi lagi pengalamanku. seandainya belum membaca, aku hendak memperkenalkan jati diriku. Aku menetap dikota S Jawa Tengah, tinggiku 169 cm dan berat badanku 52 kg. Aq saat ini kuliah di salah 1 universitas ternama diJateng.
yank, kamu cowok pertama loh yang pernah nemenin aku mandi, Ehm . . ." sambil tiduran, kepala itu di sandarkannya di atas dadaku. "oh ya, emang mantan kamu yang dulu ngapain aja selama tiga taon ??" tanyaku santai sambil menatap langit - langit kamar. "aku ga pernah aneh - aneh yank sama dia dulu.
PadaMinggu ini saya ingin membagikan sebuah kisah Cerita Sex Mandi Bareng Tante Dewi Semoga anda semua menyukainya - Matahari bersinar sangat terik hari ini aku ada kuliah, tetapi rasanya udara sangat panas, ruang kuliah yang biasanya sejuk menjadi terasa pengap. "Wah enaknya selesai kuliah pergi ke Mall," pikirku.
Udah sana mandi, liatin kakaknya entar aja.. kakak gak kemana-mana kok hihi.." Aku: "Yee.. Siapa juga yang mau liatin kakak.." kataku pura-pura jaim. Kakakku tidak berkomentar lagi dan diapun berlalu kembali menuju ke kamarnya.
Karenaada kakak gw, ya dia yg ngurus semuanya. Pagi dan sore juga dia yg mandiin gw. Hasilnya sama aja, ya gw ereksi terus. Tapi gak terlalu malu lah dibanding sama perawat. Yang agak nyusahin itu kalo gw mau pipis. Kan harus di pispot. Nah pas celana dibuka, pasti ereksi. Tau sendiri kan kalo udah tegang pasti susah pipisnya. Jadi
Rahasiakudan Kakak Perempuanku. Bagian 1 / 12. Jujur ya, sebenarnya saya ingin menyimpan rahasia ini selama-lamanya namun apa daya saya juga butuh bacol (bahan coli) untuk saya baca sendiri, hehe. jujur saat ini sangat sulit saya menemukan cerita yang benar2 bisa jadi bacol diforum tercinta ini, ada beberapa sub judul yang menarik dan ketika
Menurutceritanya dia dijebak pacarnya untuk minum-minum ketika perayaan ulangtahunnya yang ke 17. Ketika dia mulai mabuk dia dibawa pacarnya dan di perkosa di hotel. Tragisnya dia diperkosa secara bergantian oleh 2 orang teman pacarnya saat itu. Paginya setelah sadar dia di antar pulang dan pacar maupun kedua temannya menghilang entah kemana.
SA2s. Seorang anak lelaki kecil dan seorang gadis kecil berada di bak mandi bersama-sama. Gadis kecil melihat ke bagian bawah anak itu dan bertanya, "Dapatkah aku menyentuhnya?" Dia menjawab, "Tidak boleh. Aku lihat punyamu sudah patah terlepas, jangan sampai terjadi pada punyaku!"
Rangkaian rapat demi rapat siang tadi membuatku kelelahan, seakan semua energy kehidupanku terserap hanya dengan pemaparan presentasi didepan bos-bos besar yang seakan selalu memangdangku dengan sebelah mata. Padahal presentasi dari bangunan gudang dan factory ini sudah kusiapkan hampir tiga bulan malam itu, aku sudah menggelosoh lemas di ranjang sebuah kamar suatu hotel bintang empat yang kusewa. Letih, namun kupaksakan diri merevisi hal-hal, sesuai yang diminta oleh bos-bos tadi. malam, batinku pendek setelah melirik penunjuk waktu kecil yang ada di ujung layar laptopku. Aku meminimize program yang kupakai untuk bekerja, foto istriku tercinta terpampang di layar desktop cantik yang kunikahi hampir tujuh tahun yang lalu. Sepintas teringat, beberapa minggu belakangan ini, kami memang hampir tidak pernah memiliki me-time. Selain karena kesibukan – Istriku juga masih bekerja di sebuah perusahaan dengan karir yang sedang menanjak, juga karena anak pertama kami yang akhir-akhir ini menuntut perhatian sedikit dengan cepat handphone ku, berniat untuk melakukan Video call dengannya, sedikit Video Call Sex pasti bisa menurunkan ketegangan, pikirku. Aku meneleponnya dengan semangat“Hallo…” sapaku riang saat panggilan itu tersambung“Hai sayangg…” jawab istriku tak kalah riang “Hi… itu papah, say hi to papah…” lanjutnya lagi sambil menghampiri anakku, memeluknya dan mengarahkan layar handphone kepadanya“Papah… ““Hallo jagoan papah, kok seneng banget lagi main apa?”“Main cama Opa…” jawabnya nggemesin“Eh, bapak dateng sayang?” tanyaku kepada istriku yang kelihatan di layar sambil memeluk si kecil“Iya, sama ibuk, sama tante Puput” jawabnya “Katanya ada acara di sini, makanya…” jelasnya kemudianHadeh, selesai deh, batal lagi kan Me-Time dengan istriku tercinta. Gapapa sih, cuman coba aja kali aja berhasil. Dan kami masih meneruskan video call-an sampai beberapa saat, sempet menyapa bapak dan ibu mertuaku mendesah kembali diranjang hotel ku, kembali membuka laptop, browsing-browsing menghilangkan penat sambil menunggu kantuk. Entah gimana, aku tiba-tiba terdampar disalah satu grup Facebook yang menawarkan escort dikota ini. Iseng, ku klik salah satunya yang membuatku tertarik, kubaca profilenya singkatDisertai foto yang disensor mukanya dengan emoticon, tetapi masih menampilkan body yang sangat sensual, walau sebenernya aku sudah banyak melihat foto-foto seperti itu, tetapi entah mengapa foto itu begitu menarik perhatianku. Atau aku-nya aja yang lagi sange akibat lama tidak… gituan…Ditelpun enggak ya? Gumanku bergumul dengan akal sehatku sendiri. Ya, aku memang bekas orang nakal, tetapi, semenjak menikah, aku tidak pernah nakal lagi. Tapi…Ah, jangan-jangan penipuan? Minta DP lalu setelah dikasih, dia menghilang… batinku lagiAh, 250K ini, kalau mau nipu, biar jadi duri dalam dagingnya ajah, ikhlasin!Tapi… Aku masih ragu…-“Hallo…” kata suara diujung telepon. Ya, akhirnya tak beraniin juga nelepon. Akal sehat dan kesetiaan 0 – Setan 1 . Hadeh! Kalah juga!“Iya… ee, bisa BO malam ini mba? Saya di Santika Premiere…” jawabku ragu“Bisa” jawabnya pendek-Dan aku menunggu, dia bilang suruh nunggu sekitar 45menit, untuk siap-siap dan jalan, setelah tadi deal dan aku men-transfer DP ke rekening dengan nama laki-laki. Ah, masa harus kujabarkan dengan rinci sih tata-cara nya? Kayak suhu belum pernah BO aja! Hehehe…Hampir satu jam aku menunggu. Hadeh, batinku, kena tepu deh!Tapi gak-apa-apa, itung-itung aku masih dijagain sama malaikat dari perbuatan zina malam ini, belaku dalam hati sambil tersenyum geleng-geleng. Ada-ada ajah!Yawis!Aku lalu beranjak ke kamar mandi, mandi trus bobo. Itu rencana terbaikku untuk malam iniDan saat aku sudah selesai mandi, pas handukan, kudengar pintu kamarku diketukEh?Cepat-cepat kuselesaikan proses handukan itu, trus menuju kamar, buat bukain pintu, hanya berlilit handuk di pinggangSampai didepan pintu, aku malah mendadak semakin gamang. Kuberanikan mengintip keluar melalui lubang intip di pintu. Eh, tau kan, lobang pintu hotel yang itu?Kulihat seorang wanita berdiri didepan pintu kamar-ku mengenakan mini dress putih sexy yang press mata untuk melihat mukanya lebih jelas. Dan jantungku hampir saja berhenti!DEG!!What the Hell?Aku masih kurang percaya, kali-kali aja cuman mirip. Kuintip sekali lagi…Shit! Kalau ini disebut kemiripan, maka ini kelasnya kembar identik siam, nempel di jidat!Wajah wanita itu…Begitu kukenali…Jangan-jangan beneran…“Mampus!!” jeritku dalam hatiDan wanita itu mengetuk lagi“Permisi…” ujarnya lirih sopan“Anjinggg!! Mampus gue!! Mampusss!!!” Aku menyumpah-nyumpah dalam hati dan aku semakin salah tingkahDan wanita itu mengetok lagi “Mas? Permisi…”Setelah membulatkan tekad diiringi tarikan nafas panjang berkali-kali, akhirnya pintu itu kubuka jugaBegitu pintu kubuka, wanita itu sepontan membeliak kaget…-Wanita muda itu duduk tertunduk malu disofa kamar hotel“Eeee… kamu sudah lama… kerja seperti ini Rik?” desis-ku tak kalah malu dengan wanita itu, sambil juga menunduk. Yep, aku kenal wanita itu. Namanya Rika. Dia…“Jangan bilang-bilang bapak, atau siapapun ya mas…” desisnya masih dengan menunduk, hampir menangis“Enggak lah, aku juga… eh…” sial, malu beneran akuNamanya Rika, dia… Adik iparku…Dia memang ikut ke Surabaya bersama dengan suaminya, Karena suaminya memang katanya mendapatkan pekerjaan di sana“Aku terpaksa mas, suamiku kena PHK beberapa bulan lalu… aku…” ngakunya…“Eh? Kenapa gak cerita sama mas, atau kakak-mu? Kan…” Aku mulai menguasai diri, bagaimanapun, aku kakaknya, walau hanya kakak ipar, tapi aku harus lebih dewasa darinya“Kami malu mas…” jawabnya“Dan suami-mu tau kalau kamu kerja ginian?” tanyaku lagi, sedikit menginterogasi“Tau mas, kami terpaksa…”“Trus nomor rekening tadi? Namanya cowok?”“Iya mas, dia temen suamiku, dia yang mengenalkan kami didunia seperti ini…” desisnya, kali ini benar-benar hampir menangis“Germo? Gilak !!” desisku…Rika semakin menunduk“Trus gimana ini? Aku cancel atau gimana? Yang ini, biar jadi rahasia kita berdua, hanya kuharap, kita bisa membicarakan masalah ini… kita akan mencai solusi bersama…” kataku sedikit menekankan kata rahasia. Ya, you know lah!“Terserah mas saja…” jawabnya masih dengan menunduk“Kamu, benar-benar butuh uangnya?”“Anu… eh, iya mas… anu…”“Anu apa?”“GM ku galak mas, kalau di cancel, nanti dikira saya ogah-ogahan, atau bikin tamu tidak nyaman, kami sudah terlanjur menerima persekot dari dia diawal kita perjanjian kerja dulu. Dengan peraturan, saya tidak akan pilih-pilih tamu, dan kalau tamu sampai cancel, saya pasti yang disalahkan. Aku… takut mas…”“Ya Tuhan Rik… kok bisa kamu terjebak seperti ini?” desisku melasRika malah mulai terisak-isakAku mendengus, berdiri menuju tas kerjaku, mengambil amplop yang masih berisi uang sekitar 5jutaan, cuman kepakai sedikit buat bayar taxi tadi. Cash itu sejatinya kuambil buat saku perjalanan-ku. Lalu mengulurkan ke Rika, yang diterimanya dengan gamang“Apa ini mas?”“Ambil aja” jawabku pendek “Dan kita harus membicarakan hal ini untuk mencari solusinya secepatnya, aku juga pengen bicara dengan suamimu”Rika malah mulai menangis “Jangan mas, Rika takut, mas Hendra galak akhir-akhir ini…” jawabnya semakin terisak“Justru itu, aku nanti yang akan menangani Hendra. Mau lihat, segalak apa dia kalau sama aku” jawabku mulai marah, entah kenapa juga aku rasanya tiba-tiba marah mendengar kata-kata adik iparku itu barusan“Ampun mas, jangan mas… aku… aku masih mencintai mas Hendra mas…” ngakunya semakin terisak“Cinta?” dengusku tambah marah, lalu geleng-geleng kepala. Cinta? Hadeh…Inikah yang namanya cinta itu buta? Bangsad bener…“Yaudah, terserah Rika aja, yang pasti kita harus membicarakan hal ini secepatnya” jawabku“Trus saya sekarang gimana mas?”“Maksudnya?” tanyaku, gak ngeh dengan pertanyaan iparku itu“Aku gak bisa pulang sekarang mas, kalau aku pulang, trus mereka pasti nanya-nanya…”“Trus?” tanyaku lagi“Aku juga bingung mas…” jawabnya tak memberikan solusi“Ah…” aku garuk-garuk kepala dengan gemas “Yaudah, Rika mas bokingin kamar disini, istirahat dulu, baru besok pagi rika pulang” putusku tagas“Terserah mas Adri saja, Rika ngikut mas aja…” desisnya, masih disela isak kecilnyaAku melangkah ke telepon hotel buat nelepon resepsionis dengan geleng-geleng kepala“Mas…” panggil Rika“Apa lagi?” jawabku malas“Kalau boleh, tidak usah saja mas, Rika tidur disini saja, dilantai gak papa, biar tidak lebih merepotkan mas Adrian…”Aku berhenti, melirik rika sekilas dan memutar arah. Kuhempaskan pantatku dengan keras ke ranjang hotel, duduk sambil mengucek-kucek mata dengan gemas. Kayak, tiba-tiba serasa migraine aja nih kepalaRika tiba-tiba berdiri, aku meliriknya sekilas“Rika mau ke kamar mandi sebentar mas” ijin-nya pendekAku hanya mengangguk sambil kembali memengucek-ucek mata dan dahiku sendiri. Ealah, kok ya malah jadi gini to ya… pikirku, menyesali keisanganku untuk coba-coba berbuat nakal malam ini, tetapi di satu sisi, aku juga bersyukur, kalau tidak begini, mungkin aku tidak akan pernah tau apa yang menimpa adik iparku selama sedikit lama Rika di kamar mandi, entah kenapa aku juga mulai khawatir, takut Rika melakukan hal-hal nekad, anak itu sifatnya memang sedikit nekat. Aku berdiri menghampiri kamar mandi dan kuketuk perlahan“Rik… Rika… kamu tidak apa-apa kan?” panggilku, tak ada jawaban. Aku semakin khawatir, kuputar gagang pintu itu. Tak kusangka Rika, entah lupa atau sengaja tidak mengunci pintu kamar mandinya. Aku masuk dan kulihat Rika menjeplok di pojokan shower sambil memeluk lututnya sendiri, menangis ya mas… aku…” ujar Rika dengan mata sembab, melepaskan diri dari pelukanku, setelah tadi berhasil ku-gusur dari kamar mandi ke ranjangku. Lalu melanjutkan tangisannya di sana. Aku memeluk, untuk menenangkannya“yaudah, kamu sekarang tenang dulu, trus ganti bajunya, basah nih kamu sembarangan duduk di lantai shower yang masih basah… ntar masuk angin lagi kalau bobo pakai baju basah” ujarku sambil membelai rambutnya dengan sayang“Aku gak bawa baju ganti mas…” jawabnya pendek“Hadeh, pakai tuh kimono hotel” perintahku pendekRika kembali kekamar mandi, setelah tadi mengambil kimono hotel yang masih ada di lemari. Kali ini tidak lama kemudian dia keluar. Wajahnya Nampak lebih segar, mungkin dia tadi cuci muka juga. Berjalan dengan santai ke-arah tas kecilnya yang dia taruh di meja, membawa bajunya yang digulung dengan sembarangan“Dihanger aja bajunya, jangan di gulung seperti itu, biar kering, besok bisa kamu pakai lagi, mungkin kalau di hanger semalam bisa agak kering” saran-ku pendek“Iya mas” jawabnya nurut. Tapi saat Rika membuka gulungan baju itu, tanpa dia sadar, sesuatu jatuh dari gulungan itu. Jatuh kelantai, kulihat sekilas, sebuah celana dalam model Thong warna merah yang super sexy. Anjir, tiba-tiba pikiranku langsung ngeres. Kayak ngebayangin Rika memakai tuh cancut. Hadeh, pikiran model apa pula ini, dia kan adik-ku, adik ipar sih…“Jatuh tuh” kataku sambil menunjuk ke benda lahnat yang sempat meng-Iblis kan pikiranku walau hanya sekejap“Eh, maap, tadi ternyata ikutan basah, jadi kulepas sekalian hehehe…” kekeh Rika pendek sambil mengambil cancut merah itu, Rika sekarang sudah agak bisa tersenyum becandaan. Pada dasarnya Rika ini anaknya emang asik, easy going dan selalu riang. Kadang, dulu aku suka curhat sama dia pas ada kesempatan kalau cangcut itu dia lepas berarti, dibalik kimono itu, dia tidak pakai…Ah…Si-Iblis ini lagi, Menuhin pikiranku dengan kemesuman!Rika berjalan ke arahku setelah selesai menaruh bajunya di hanger dalam lemari, abis gimana, hanger hotel kan gak bisa di lepas dari lemari. Takut dicolong kali yak? Lagian, emangnya siapa sih yang mau mempertaruhkan nama baik buat sekedar nyolong hanger?Dan Rika duduk di sampingku, di bibir ranjangAku menelan ludah. Bangsad! Ngapain juga aku mesti menelan ludah?“So! Aku tidur di lantai…” katanya sambil menatapku geli“Gak usah sok kere gitu napa sih Rik?” candaku setengah jengkel “Bobo aja di ranjang, biar mas yang bobo di lantai…” lanjutku serius“Ah, sok hero!” ledeknya“Gundulmu!” maki-ku becandaanPandangan mata Rika malah kembali menerawang, ngalamun. Aku hanya memperhatikannya tanpa berkomentar“Aku tuh, terpaksa banget mas, melakukan hal seperti ini… sebenernya malu banget…” desisnya kemudianAku menggeser duduku, mendekat kearah Rika dan menarik kepalanya kearahku, memeluknya dari samping. Dan tak kusangka, Rika dengan berani membalas pelukanku“Mas tau, dan kita akan menyelesaikan hal ini, mas akan membawamu pulang…” desisku lirihRika mengeratkan pelukannya, dan kubelai rambut adik iparku tersayang ini. Kasihan benar kamu dik Rika“Matursuwun banget mas…” desisnya tak kalah lirih“Hmmm, iya… tapi…” jawabku“Tapi apa?” tanyanya songong“Tapi gak usah pake ngelus-elus dada mas juga keles, mas bisa baper ntar…” banyolku ngekek“Hihihi… maap, abis kebawa suasana, mas baik sih… hehehe…” jawabnya selebor, masih belum berhenti jug angelus-elus dadaku, malah dengan songong mentowel-towel puting dadaku. Geli keles!“Ya kalau maap, berhenti dong, ngelusnya, gimana sih?” rajuk-ku modus“Gini doang!”“Doang gundulmu!”“Emang napa?” Tanya-nya mbayol bin konyol“Lah kok emang napa? Kalau mas gak terima trus mas bales gimana?”“Bales apa?”“Ya bales ngelus dada-mu lah!”“Hahaha… bales aja, Rika udah mas booking ini!” candanya ngawur“Gundulmu!” hardik-ku becandaan sambil mentoyor jidatnya dengan sayang. Rika malah tambah ngekek“Abisnya, mas dari tadi juga telanjang dada, cuman andukan doang!”“Eh, iya juga ya?” baru nyadar juga gue “Yawis bentar, mas tak pakai baju dulu” kataku tengsin sambil berusaha bangkit. Suwer, aku emang ga nyadar kalau dari tadi semenjak Rika dateng aku emang belum pakai baju, telanjang dada, cuman belilit handuk aja, abisnya, Rika ngetok pintu pas aku mandi kan?Salah siapa jal?“Gak usah” cegah Rika pendek, sambil malah mengetatkan pelukan“Maksudlo?”“Lha iya, udah mau bobo ini, ngapain ganti baju?”“Trus? Maksudlo guwe bobo telanjang gitu?”“Iya kan lebih enak dipeluk kalau telanjang, lebih anget… hihihi…”“Gundulmu!” hardik-ku guyon, sambil berusaha bangunRika malah semakin mengeratkan pelukannya. Aku mendelik sok marah, yang dibalas nya dengan leletan lidah“Emoh… Rika masih mau peluk mas…” masih ngeyel dia“Manjamu ini memancing di air keruh deh Rik, nyadar gak sih? Lepasin ga?” protesku“Moh! Weekkkzz !!” candanya sok maja lagi sambil meleletkan lidah lagi, kali ini dibarengin sama ekspresi mata sok dijuling-julingin manja. Baru leletan lidahnya deket banget ama mukaku lagi. Lha abis gimana, posisinya kan Rika melukin aku, gimana sih?“Tak sosor baru tau rasa lu!” ancamku absurd“Sosor aja!” tantang diaAku mengernyit “Kamu sadar gak sih? Aku nih kakak-mu lho!”“Trus?” Tanya-nya songong“Ya kakak-mu! Kok-trus-sih? Nyadar gak sih?” tegasku“Kakak ipar!” jawabnya pendek“Iya, dan artinya, aku nih nikah sama kakak-mu”“Ya iyalah, itu deskripsi kakak ipar, trus masalahnya apa?” Tanya-nya tambah gak jelas“Ya masalahnya ada pada pelukan itu sendiri, monyong! Nyadar gak sih?”“Iya, trus masalahnya apa? Orang cuman pelukan ini, emang salah meluk kakak sendiri?” pembelaan diri-nya absurd“Iya masalahnya kita nih dikamar, cuman berdua, dan sama-sama setengah telanjang! Trus pelukan! Nyadar gak sih?” geli juga gue lama-lama“Trus?”“Kok trus lagi sih? Nyadar gak sih?”“Iya… trus masalahnya apa? Masalahnya apa, mas-ku tersayang…?? cuman pelukan aja kan? Orang kita juga gak ngentot ini…” jawabnya makin absurd“Omongan-lo Rik! Dijaga napa?” aku memperingatkan“Lah? Rika kan ngomong apa adanya, iya kan? Kenyataannya kita emang ga ngentot kan?”“Bahasanya lho! Please!”“Ngewe?”“RIKA!”“Iya maap… trus emang apa istilahnya?”“Bersenggama? Hehehe…” haiyah, aku malah kebawa becandaan absurd iq“KBBI banget iq, hihihi…”“Iya, tapi paham kan maksud mas?” tanyaku lagi menekankan“Paham lah mas…” desis Rika tiba-tiba sedikit lirih“Nah!” jawabku pendek“Tapi meluk mas nyaman banget, anget, trus serasa terlindungi… Aku, udah lama banget gak merasa nyaman dan terlindungi mas… “desisnya tiba-tiba terdengar sedih, pelukannya pun sedikit melonggar.“Yaudah, sini…” jawabku melas, sambil kembali memeluknya dengan sayang “Pelukan bentar sama adik sendiri, mas kira gak papa…”Rika kembali mempererat pelukannya “Lagian, meluk mas bener-bener nyaman, badan mas ber-otot, wangi lagi…”“Ya kan abis mandi, wangi lah” jawabku pendek“Mas…” desis Rika pendek, sambil mendongak menatapku“Apa?”“Aku kok tiba-tiba horny ya? Dah lama gak horny…” desisnya ngaco“OKE, lepasin!” kataku pendek, sambil melepas pelukan lahnat itu, sambil beringsut menjauh. Kali ini Rika melepaskan juga pelukannya“Becanda keles, serius amat sih mas? Hehehe…” kekehnyaAku segera berdiri dan berjalan ke arah lemari hotel, mengambil kimono dan memakainya. Hotel ini memang menyadiakan dua kimono, buat ganti kali. Handuk setengah lembab yang dari tadi melilit pinggangku kulepaskan dan kusampirkan ke kursi dengan sembarangan. Kulihat Rika sudah mulai masuk ke selimut sambil dari tadi memandangku dengan aneh“Geser” kataku pendek, sambil menuju ke ranjangRika menggeser tubuhnya, sekilas, tanpa sengaja, dada kimononya sedikit tersingkap, dan aku sekilas melihat dada putih menggembung indah berbalut Beha merah sewarna dengan cancut seksinya. Rika cepat-cepat membetulkan kimononya dan tersenyum tengil“Ups” katanyaDan aku-pun mulai berbaring disampingnya, diluar selimut, dengan pandangan menerawang, belum percaya aja sama kejadian aneh malam ini“Masuk ke selimut keles mas, gak dingin apa?” Tanya Rika songong“Gak” jawabku pendek, tapi sambil mulai memasukan badan ke selimut“Mas!” Tanya Rika pendek, sambil memiringkan badan ke arahku saat aku sudah masuk sempurna ke dalam selimut“Hmm” dengusku menjawabnya“Mas sering ya sewa escort kayak gini pas di luar kota?”“Gak pernah, iseng sekali malah nemu kamu” jawabku jujur“Boong deh!”“Jujur” jawabku pendek“Aku kok percaya ya? Hehehe…”Aku mendelik ke arah-nya“Kenapa?”“Maksudnya?”“Kenapa malam ini cari escort?”“Hmm, gak tau, lagi iseng? Lagi bego? Mas gak tau juga kenapa…”“Lagi horny?”“Omonganmu ndul!” jawabku sarkasme“Emang mba Ine ga mau kasih ya?”“Bukan gak mau, cuman beberapa minggu ini memang lagi ga memungkinkan aja…” jawabku jujur“Dan mas tiba-tiba horny berat, trus onani gak menyelesaikan masalah, trus nyari cewe bookingan?” tebaknya ngawurAku mendengus pendek, dan memandang wajah Rika. Manis banget sih anak ini sebenernya. Wajahnya memiliki kemiripan yang luar bisa dengan kakaknya, istriku. Rika beringsut semakin mendekat. Wajah kita hampir menempel“Mas…” panggilnya pendek“Hmm…” dengusku menjawabnya“Boleh peluk lagi?”“Terserah”Rika beringsut lagi, kali ini sambil menelusupkan tangannya ke dalam kerah kimono-ku. Merayapkan tangan hangat dan halusnya sampai ke punggungku dan mendengus“Badannya mas Adri anget banget… wangi…” racaunya“Hmm” aku kembali mendengus pendek. Kukira gak perlu juga menjawab statement konyol itu juga kan?“Mas…”“Hmm…” dengusku lagi“Tali kimono-nya tak lepas ya, biar bisa nempel tubuh mas, biar tambah kerasa angetnya…” Tanya-nya absurd“Serah”Lalu Rika menarik simpul kimono-ku. Selain kimono itu, aku kan tidak memakai apa-apa di dalamnya. Rika juga menarik tanganku, memposisikan-nya dibawah kepalanya, memakainya sebagai bantal, lalu menempelkan tubuh kami. Jujur aku gak tau kapan tepatnya dia melepas tali kimono-nya sendiri, yang pasti saat ini, tubuh kami benar-benar kulit kemaluanku, yang memang batangnya sudah mengeras dengan sempurna, beradu dengan rambut kemaluannya. Dan Rika mulai mengelus-elus punggungku. Dan mendesah-desah ringan“Mas…”“Hmm…”“Kontol-nya mas Adri keras banget…” desisnya sambil mengecup-ngecup ringan dadaku. Posisi kepalanya memang saat ini tenggelam di dadaku, dalam pelukan yang… ah…“Aku laki-laki normal Rik…” desis-ku pendek, sambil juga mulai mengelus-elus punggung-nya dalam pelukanku“Aku juga wanita normal mas…” desisnya lagi, sambil terus mengelus punggung, mengecup ringan dadaku bahkan kurasakan beberapa kali menjilatinya lalu mengangkat kakinya, mengapitkan-nya ke pinggulku dan menggoyang-goyangkan pinggulnya sendiri. Posisi ini, membuat kepala penisku yang batangnya sudah berdiri sempurna, menggesek-gesek mulut vaginanya yang juga kurasakan sudah sangat basah. Dan saat posisi kepala penisku berada tepat didepan liang senggamanya yang sudah sangat siap dipenetrasi itu, Rika menekan pinggulnyaCLEK…Kepala penis itu meleset, mungkin karena mulut vaginanya belum membukuka sempurna“Ahh…” aku mendesahRika menahan nafas, mengeratkan pelukannya, lalu ikut mendesah. Dan dia mencobanya lagi. Menggoyangkan pinggulnya, mencari-cari ujung batangku, memposisikan di mulut senggamanya sendri dan menekanCLEK…Meleset lagi…“Aaagghh…” kali ini Rika yang mendesahNafasku pun sudah mulai tidak teratur. Aku terangsang berat, iya. Namun, entah mengapa aku masih juga pasif. Aku hanya memeluknya sambil mengelus-elus pungung Rika, adik iparku sendiriKecupan demi kecupan kurasakan semakin intens menyusurin dadaku. Kali ini diikuti dengan jilatan-jilatan manja diputingku. Aku paling suka dijilatin di puting. Dan aku selalu dengan tidak sengaja mendesah kalau putingku di jilati. Kurasa desahanku ini juga mempengaruhi Rika. Entah bagaimana Adik iparku itu melakukannya, kurasakan kini batang kemaluanku sudah dia pegang, diarahkan ke bibir lobang senggamanya sendiri dan menggesek gesekkannya dengan bibir goa kenikmatan yang sudah sangat basah ituDan saat kepala penis itu kembali berposisi tepat di mulut vaginanya, Rika kembali menekan-kan pinggulnyaBLESS…Dan kami berdua melenguh bersamaan…“Mas…”“Hmm…” dengusku“Masukk…” desahnya manja“Kan Rika yang masukin…”“Iyaa… jangan digerakin dulu mas… biar memek Rika kebiasa dulu… kontol mas, gedeh… penuh banget rasanya memek Rika…” desisnya vulgarDan aku merasakan kedutan-kedutan erotis setelahnya“Rik, punyamu…”“Napa?”“Berkedut-kedut…”“Ahhh… iya… memek Rika keenakan dikontolin mas Adrian…” jawab rika manja sambil mendongakkan kepala dan menatapku sayu. Dan bibir indah itu kukecup. Mesra dan hangat. Dan Rika juga memagut-magut bibirku dengan erotis. Menjulurkan lidahnya untuk ku hisap yang akhirnya saling berpilin dengan lidahku“Rik…”“Ya mas…”“Apa yang kita lakukan?”“Bersenggama…” jawabnya songong, dengan kata-kata EYD yang sesuai KBBI – Kamus Besar bahasa Indonesia“Maksudku…”“Sssttt…” Jawab Rika sambil membekap mulutku dengan jemari lentiknya. Mencegahku mengatakan apapun yang ingin kukatakan. Yang mungkin saja merusak suasana ini“Rik…” desisku lagi setelah jamari itu tidak lagi mendekap mulutku“Entotin Rika mas, entotin Rika malam ini, Karena malam ini, Rika milik mas…” desahnya manjaDan aku memutar badanku. Menindih Rika yang saat ini sudah terlentang dengan pasrah dibawah-ku. Adik iparku yang manis ini, saat ini sudah kutusuk lobang kewanitaannya dengan batang penisku yang seharusnya adalah milik kakak-nya. Dan aku mulai memompa.“Ohhh… Rika…” Racauku memanggil namanya dengan sayang“Ooo… iya mas-ku sayang… genjot terus masss… eegghh… mentok mass… enaakk…”CLEK… CLEK… CLEK…JDUK… JDUK… JDUK…“Eghh… menttook Rik, sakit sayang?”“Linnuu… Linuuh enak mass… terus mass… genjot Rika mas… lebih kenceng mas… Aahhh…”Dan aku mempercepat pompaan-ku, menjelajahi lorong kenikmatan adik iparku sejauh yang bisa di lakukan oleh batang-ku. Dan Rika semakin meracau. Keringat membasahi tubuh kami berdua. Tubuh mungil adik iparku itu tersentak-sentak seiring dengan gerakan menusuk pinggulku. Namun, sesekali gerakan itu ku kombinasikan dengan putaran-putaran ritmik yang semakin memperluas jelajah batang penisku didalam sempitnya goa kenikmatan duniawi-nya“Cepetin dikit! Cepetin dikit! Teruss… Teruss… Teruss… Cepetiinn… Mass… Terusss… Dikit lagi… Cepertinnnn… Aaaaaggghhh… Aku udah mau dapet… Teruss… Teruss… Masss… dikit lagiiii… Aaagggggtth… Masss… Akuuu nyampeeee…” Racaunya yang ditutup dengan menegangnya badan memelukku dengan erat, mengapitkan kakinya di pinggulku, menahan batang yang bersarang di lobang senggamanya sedalam mungkin. Melejang-lejang sebentar dengan kalut lalu terhempas lemas dengan nafas tersenggal-senggalAku menatap wajah puas adik iparku itu sambil tersenyum. Wajah memerah yang dibalur keringat itu terlihat memiliki ekspresi kenikmatan yang ikut menghanyutkan ku. Senyumnya lepas, bersamaan dengan ekspresi kegembiraan yang sulit kudeskripsikan“Aku orgasme mas…” aku-nya disela senggalan nafasnya dalam ekspresi kesenangan yang kelihatan original banget“Orgasme itu, enak ya?”“Banget mas…” jawabnya masih dengan tersenggal“Emang kamu jarang orgasme?”“Hampir gak pernah…”“Boong deh…”“Beneran… masa mas gak bisa bedain antara orgasme asli dan palsu?”“Hmmm… maksudku, boong kalau Rika jarang orgasme…”“Hampir gak pernah…”“Sama suamimu?”“Dulu-dulu saat awal-awal kita ngwee… tapi sekarang, aku kayak gak pernah nikmatin lagi sama dia, kayak kesel terus gitu sama dia… lagian semenjak…”“Semenjak?”“Semenjak dia mulai makai… dia udah jarang ngejamah aku, juga kalau pas dia sange, bentar juga tumbang, dan punya-nya juga sudah gak bisa berdiri maksimal…” erang-nya jujur. Dan sekilas, kulihat kesedihan dimatanya“Dia narkoba?” tanyaku. Rika mengangguk“Dia semakin parah mas…”“Eh… trus sama tamu? Pastinya pernah dong dapet yang punya barang gede… hehehe…” ucapku mengalihkan pembicaraan. Jujur, kali ini aku jahat. Niatku mengalihkan pembicaraan, bukan untuk menjaga perasaannya. Melainkan menjaga suasana, apalagi aku belum keluar, kalau dia minta udahan, waduh… sia-sia dosa ini… ah…Dan kontolku yang batangnya masih ada didalam lorong jalan bayi-nya pun masih menuntut untuk diselesaikan hajatannya“Boro-boro sama tamu, pengennya juga selesai trus udahan…” erangnya“Tapi sama mas, mau udahan juga?” godaku sambil mulai menggoyangkan pinggul lagi“Hihihi…” kikik-nya binal “Emang mas bisa bikin cewek orgasme berapa kali?” tantangnya“Ya, itu sesuai dengan mood ceweknya dong…”“Tapi… meluk ma situ nyaman banget… pasti mood ceweknya juga cepet terbangun…” selorohnyaAku hanya mengangkat bahu“Tapi kok bego-nya mba Ine, sampe berminggu-minggu kontol enak kayak gini di anggurin ya?”“Bukan di anggurin, neng… tapi emang kesempatannya kadang belum memungkinkan…”“Ah, kalau aku, tak sempetin, quicky-quicky deh! Orgasme itu enak banget tauk!”“Hahaha… “aku ngakak “Emang Rika mau orgasme berapa kali malam ini?”“Hmmm… Sebanyak-banyaknya…”“Yakin?”“Hu’um…”“Kalau memek Rika sampai sakit gimana? Lecet gitu?”“Lecet enak ini… hihihi…”Dan aku mulai memgecup bibir menggoda milik adik iparku ini. Menelusuri wajah manisnya, leher jenjangnya dan membuka Beha yang sampai saat ini masih bertengger di dada membusungnya dengan sia-sia, dan mulai menjilati serta mencecapi putingnya. Dan Rika kembali melenguh…Kali ini, aku yang bertindak’Malam itu, aku menggrap adik iparku sampai menjelang subuh. Entah berapa kali dia kubuat mencapai orgasme, dan entah berapa kali aku juga orgasme disela gempuran goyangan-nya yang ternyata lebih liar dari kuda birahi. Atau berapa kali kita orgasme pagi harinya pun, saat kita mandi bareng, kita masih sempat melakukannya lagi di Bath-Tub. Memek legitnya, selain ku gempur habis-habisan dengan rudal kebanggaanku, juga kujilat dan ku cecapi dengan rakus. Batang penisku pun, tidak hanya menjelajah lobang kewanitaannya. Tenggorokan mungil adik iparku itupun juga tidak luput dari juga berjanji untuk menyelesaikan’ msalahnya dengan suaminya. Memisahkannya dan memboyongnya ke kotaku untuk memberinya masa depan yang lebih satu yang sedikit terasa mengganjalDisela-sela kebejatan yang kita lakukan hari itu, dia kelepasan bilang “Kalau three-Some dengan mbak Ine, kayaknya asyik ya mas? Kapan-kapan ku atur ah, biar bisa ngewe bertiga”Ah…Kehidupanku…Bakalan runyam??End-Tot…Eh, Tobe Conticrot ding…Eh?Enaknya diceritain gak ya??
Selesai sekolah Sabtu itu langsung dilanjutkan rapat pengurus OSIS. Rapat itu dilakukan sebagai persiapan sekaligus pembentukan panitia kecil pemilihan OSIS yang baru. Seperti tahun-tahun sebelumnya, pemilihan dimaksudkan sebagai regenerasi dan anak-anak kelas 3 sudah tidak boleh lagi dipilih jadi pengurus, kecuali beberapa orang pengurus inti yang bakalan “naik pangkat” jadi penasihat. Usai rapat, aku bergegas mau langsung pulang, soalnya sorenya ada acara rutin bulanan pulang ke rumah ortu di kampung. Belum sempat aku keluar dari pintu ruangan rapat, suara nyaring cewek memanggilku. “Didik .. “ aku menoleh, ternyata Sarah yang langsung melambai supaya aku mendekat. “Dik, jangan pulang dulu. Ada sesuatu yang pengin aku omongin sama kamu,” kata Sarah setelah aku mendekat. “Tapi Rah, sore ini aku mau ke kampung. Bisa nggak dapet bis kalau kesorean,” jawabku. “Cuman sebentar kok Dik. Kamu tunggu dulu ya, aku mberesin ini dulu,” Sarah agak memaksaku sambil membenahi catatan-catatan rapat. Akhirnya aku duduk kembali. “Dik, kamu pacaran sama Nita ya?” tanya Sarah setelah ruangan sepi, tinggal kami berdua. Aku baru mengerti, Sarah sengaja melama-lamakan membenahi catatan rapat supaya ada kesempatan ngomong berdua denganku. “Emangnya, ada apa sih?” aku balik bertanya. “Enggak ada apa-apa sih .. “ Sarah berhenti sejenak. “Emmm, pengin nanya aja.” “Enggak kok, aku nggak pacaran sama Nita,” jawabku datar. “Ah, masa. Temen-temen banyak yang tahu kok, kalau kamu suka jalan bareng sama Nita, sering ke rumah Nita,” kata Sarah lagi. “Jalan bareng kan nggak lantas berarti pacaran tho,” bantahku. “Paling juga pakai alasan kuno Cuma temenan’,” Sarah berkata sambil mencibir, sehingga wajahnya kelihatan lucu, yang membuatku ketawa. “Cowok di mana-mana sama aja, banyak bo’ongnya.” “Ya terserah kamu sih kalau kamu nganggep aku bohong. Yang jelas, sudah aku bilang bahwa aku nggak pacaran sama Nita.” Aku sama sekali tidak bohong pada Sarah, karena aku sama Nita memang sudah punya komitmen untuk tidak ada komitmen’. Maksudnya, hubunganku dengan Nita hanya sekedar untuk kesenangan dan kepuasan, tanpa janji atau ikatan di kemudian hari. Hal itu yang kujelaskan seperlunya pada Sarah, tentunya tanpa menyinggung soal seks’ yang jadi menu utama hubunganku dengan Nita. “Nanti malem, mau nggak kamu ke rumahku?” tanya Nita sambil melangkah keluar ruangan bersamaku. “Kan udah kubilang tadi, aku mau pulang ke rumah ortu nanti,” jawabku. “Ke rumah ortu apa ke rumah Nita?” tanya Sarah dengan nada menyelidik dan menggoda. “Kamu mau percaya atau tidak sih, terserah. Emangnya kenapa sih, kok nyinggung-nyinggung Nita terus?” aku gantian bertanya. “Enggak kok, nggak kenapa-kenapa,” elak Sarah. Akhirnya kami jalan bersama sambil ngobrol soal-soal ringan yang lain. Aku dan Sarahpun berpisah di gerbang sekolah. Nita sudah ditunggu sopirnya, sedang aku langsung menuju halte. Sebelum berpisah, aku sempat berjanji untuk main ke rumah Nita lain waktu. ***** Diam-diam aku merasa geli. Masak malam minggu itu jalan-jalan sama Sarah harus ditemani kakaknya, dan diantar sopir lagi. Jangankan untuk ML, sekedar menciumpun rasanya hampir mustahil. Sebenarnya aku agak ogah-ogahan jalan-jalan model begitu, tapi rasanya tidak mungkin juga untuk membatalkan begitu saja. Rupanya aturan orang tua Sarah yang ketat itu, bakalan membuat hubunganku dengan Sarah jadi sekedar roman-romanan saja. Praktis acara pada saat itu hanya jalan-jalan ke Mall dan makan di food court’. Di tengah rasa bete itu aku coba menghibur diri dengan mencuri-curi pandang pada Mbak Indah, baik pada saat makan ataupun jalan. Mbak Indah, adalah kakak sulung Sarah yang kuliah di salah satu perguruan tinggi terkenal di kota Y’. Dia pulang setiap 2 minggu atau sebulan sekali. Sama sepertiku, hanya beda level. Kalau Mbak Indah kuliah di ibukota propinsi dan mudik ke kotamadya, sedang aku sekolah di kotamadya mudiknya ke kota kecamatan. Wajah Mbak Indah sendiri hanya masuk kategori lumayan. Agak jauh dibandingkan Sarah. Kuperhatikan wajah Mbak Indah mirip ayahnya sedang Sarah mirip ibunya. Hanya Mbak Indah ini lumayan tinggi, tidak seperti Sarah yang pendek, meski sama-sama agak gemuk. Kuperhatikan daya tarik seksual Mbak Indah ada pada toketnya. Lumayan gede dan kelihatan menantang kalau dilihat dari samping, sehingga rasa-rasanya ingin tanganku menyusup ke balik T-Shirtnya yang longgar itu. Aku jadi ingat Nita. Ah, seandainya tidak aku tidak ke rumah Sarah, pasti aku sudah melayang bareng Nita. Saat Sarah ke toilet, Mbak Indah mendekatiku. “Heh, awas kamu jangan macem-macem sama Sarah!” katanya tiba-tiba sambil memandang tajam padaku. “Maksud Mbak, apa?” aku bertanya tidak mengerti. “Sarah itu anak lugu, tapi kamu jangan sekali-kali manfaatin keluguan dia!” katanya lagi. “Ini ada apa sih Mbak?” aku makin bingung. “Alah, pura-pura. Dari wajahmu itu kelihatan kalau kamu dari tadi bete,” aku hanya diam sambil merasa heran karena apa yang dikatakan Mbak Indah itu betul. “Kamu bete, karena malem ini kamu nggak bisa ngapa-ngapain sama Sarah, ya kan?” aku hanya tersenyum, Mbak Indah yang tadinya tutur katanya halus dan ramah berubah seperti itu. “Eh, malah senyam-senyum,” hardiknya sambil melotot. “Memang nggak boleh senyum. Abisnya Mbak Indah ini lucu,” kataku. “Lucu kepalamu,” Mbak Indah sewot. “Ya luculah. Kukira Mbak Indah ini lembut kayak Sarah, ternyata galak juga!” Aku tersenyum menggodanya. “Ih, senyam-senyum mlulu. Senyummu itu senyum mesum tahu, kayak matamu itu juga mata mesum!” Mbak Indah makin naik, wajahnya sedikit memerah. “Mbak cakep deh kalau marah-marah,” makin Mbak Indah marah, makin menjadi pula aku menggodanya. “Denger ya, aku nggak lagi bercanda. Kalau kamu berani macem-macem sama adikku, aku bisa bunuh kamu!” kali ini Mbak Indah nampak benar-benar marah. Akhirnya kusudahi juga menggodanya melihat Mbak Indah seperti itu, apalagi pengunjung mall yang lain kadang-kadang menoleh pada kami. Kuceritakan sedikit tentang hubunganku dengan Sarah selama ini, sampai pada acara apel’ pada saat itu. “Kalau soal pengin ngapa-ngapain, yah, itu sih awalnya memang ada. Tapi, sekarang udah lenyap. Sarah sepertinya bukan cewek yang tepat untuk diajak ngapa-ngapain, dia mah penginnya roman-romanan aja,” kataku mengakhiri penjelasanku. “Kamu ini ngomongnya terlalu terus-terang ya?” Nada Mbak Indah sudah mulai normal kembali. “Ya buat apa ngomong mbulet. Bagiku sih lebih baik begitu,” kataku lagi. “Tapi .. kenapa tadi sama aku kamu beraninya lirak-lirik aja. Nggak berani terus-terang mandang langsung?” Aku berpikir sejenak mencerna maksud pertanyaan Mbak Indah itu. Akhirnya aku mengerti, rupanya Mbak Indah tahu kalau aku diam-diam sering memperhatikan dia. “Yah .. masak jalan sama adiknya, Mbak-nya mau diembat juga,” kataku sambil garuk-garuk kepala. Setelah itu Sarah muncul dan dilanjutkan acara belanja di dept. store di mall itu. Selama menemani kakak beradik itu, aku mulai sering mendekati Mbak Indah jika kulihat Sarah sibuk memilih-milih pakaian. Aku mulai lancar menggoda Mbak Indah. Hampir jam 10 malam kami baru keluar dari mall. Lumayan pegal-pegal kaki ini menemani dua cewek jalan-jalan dan belanja. Sebelum keluar dari mall Mbak Indah sempat memberiku sobekan kertas, tentu saja tanpa sepengetahuan Sarah. “Baca di rumah,” bisiknya. *** Aku lega melihat Mbak Indah datang ke counter bus PATAS AC seperti yang diberitahukannya lewat sobekan kertas. Kulirik arloji menunjukkan jam setengah 9, berarti Mbak Indah terlambat setengah jam. “Sori terlambat. Mesti ngrayu Papa-Mama dulu, sebelum dikasih balik pagi-pagi,” Mbak Indah langsung ngerocos sambil meletakkan hand-bag-nya di kursi di sampingku yang kebetulan kosong. Sementara aku tak berkedip memandanginya. Mbak Indah nampak sangat feminin dalam kulot hitam, blouse warna krem, dan kaos yang juga berwarna hitam. Tahu aku pandangi, Mbak Indah memencet hidungku sambil ngomel-ngomel kecil, dan kami pun tertawa. Hanya sekitar sepuluh menit kami menunggu, sebelum bus berangkat. Dalam perjalanan di bus, aku tak tahan melihat Mbak Indah yang merem sambil bersandar. Tanganku pun mulai mengelu-elus tangannya. Mbak Indah membuka mata, kemudian bangun dari sandarannya dan mendekatkan kepalanya padaku. “Gimana, Mbaknya mau di-embat juga?” ledeknya sambil berbisik. “Kan lain jurusan,” aku membela diri. “Adik-nya jurusan roman-romanan, Mbak-nya jurusan … “ Aku tidak melanjutkan kata-kataku, tangan Mbak Indah sudah lebih dulu memencet hidungku. Selebihnya kami lebih banyak diam sambil tiduran selama perjalanan. *** Yang disebut kamar kos oleh Mbak Indah ternyata sebuah faviliun. Faviliun yang ditinggali Mbak Indah kecil tapi nampak lux, didukung lingkungannya yang juga perumahan mewah. “Kok bengong, ayo masuk,” Mbak Indah mencubit lenganku. “Peraturan di sini cuman satu, dilarang mengganggu tetangga. Jadi, cuek adalah cara paling baik.” Aku langsung merebahkan tubuhku di karpet ruang depan, sementara setelah meletakkan hand-bag-nya di dekat kakiku, Mbak Indah langsung menuju kulkas yang sepertinya terus on. “Nih, minum dulu, habis itu mandi,” kata Mbak Indah sambil menuangkan air dingin ke dalam gelas. “Kan tadi udah mandi Mbak,” kataku. “Ih, jorok. Males aku deket-deket orang jorok,” Mbak Indah tampak cemberut. “Kalau gitu, aku duluan mandi,” katanya sambil menyambar hand-bag dan menuju kamar. Aku lihat Mbak Indah tidak masuk kamar, tapi hanya membuka pintu dan memasukkan hand-bag-nya. Setelah itu dia berjalan ke belakang ke arah kamar mandi. “Mbak,” Mbak Indah berhenti dan menoleh mendengar panggilanku. “Aku mau mandi, tapi bareng ya?” “Ih, maunya .. “ Mbak Indah menjawab sambil tersenyum. Melihat itu aku langsung bangkit dan berlari ke arah Mbak Indah. Langsung kupeluk dia dari belakang tepat di depan pintu kamar mandi. Kusibakkan rambutnya, kuciumi leher belakangnya, sambil tangan kiriku mengusap-usap pinggulnya yang masih terbungkus kulot. Terdengar desahan Mbak Indah, sebelum dia memutar badan menghadapku. Kedua tangannya dilingkarkan ke leherku. “Katanya mau mandi?” setelah berkata itu, lagi-lagi hidungku jadi sasaran, dipencet dan ditariknya sehingga terasa agak panas. Setelah itu diangkatnya kaosku, dilepaskannya sehingga aku bertelanjang dada. Kemudian tangannya langsung membuka kancing dan retsluiting jeans-ku. Lumayan cekatan Mbak Indah melakukannya, sepertinya sudah terbiasa. Seterusnya aku sendiri yang melakukannya sampai aku sempurna telanjang bulat di depan Mbak Indah. “Ih, nakal,” kata Mbak Indah sambil menyentil rudalku yang terayun-ayun akibat baru tegang separo. “Sakit Mbak,” aku meringis. “Biarin,” kata Mbak Indah yang diteruskan dengan melepas blouse-nya kemudian kaos hitamnya, sehingga bagian atasnya tinggal BH warna hitam yang masih dipakainya. Aku tak berkedip memandangi sepasang toket Mbak Indah yang masih tertutup BH, dan Mbak Indah tidak melanjutkan melepas pakainnya semua sambil tersenyum menggoda padaku. Birahi benar-benar sudah tak bisa kutahan. Langsung kuraih dan naikkan BH-nya, sehingga sepasang toket-nya yang besar itu terlepas. “Ih, pelan-pelan. Kalau BH-ku rusak, emangnya kamu mau ganti,” lagi-lagi hidungku jadi sasaran. Tapi aku sudah tidak peduli. Sambil memeluknya mulutku langsung mengulum tokenya yang sebelah kanan. Mbak Indah tidak berhenti mendesah sambil tangannya mengusap-usap rambutku. Aku makin bersemangat saja, mulutku makin rajin menggarap toketnya sebelah kanan dan kiri bergantian. Kukulum, kumainkan dengan lidah dan kadang kugigit kecil. Akibat seranganku yang makin intens itu Mbak Indah mulai menjerit-jerit kecil di sela-sela desahannya. Beberapa menit kulakukan aksi yang sangat dinikmati Mbak Indah itu, sebelum akhirnya dia mendorong kepalaku agar terlepas dari toketnya. Mbak Indah kemudian melepas BH, kulot dan CD-nya yang juga berwarna hitam. Sementara bibirnya nampak setengah terbuka sambil mendesi lirih dan matanya sudah mulai sayu, pertanda sudah horny berat. Belum sempat mataku menikmati tubuhnya yang sudah telanjang bulat, tangan kananya sudah menggenggam rudalku. Kemudian Mbak Indah berjalan mundur masuk kamar mandi sementara rudalku ditariknya. Aku meringis menahan rasa sakit, sekaligus pengin tertawa melihat kelakuan Mbak Indah itu. Mbak Indah langsung menutup pintu kamar mandi setelah kami sampai di dalam, yang diteruskan dengan menghidupkan shower. Diteruskannya dengan menarik dan memelukku tepat di bawah siraman air dari shower. Dan … “mmmmhhhh …. “ bibirnya sudah menyerbu bibirku dan melumatnya. Kuimbangi dengan aksi serupa. Seterusnya, siraman air shower mengguyur kepala, bibir bertemu bibir, lidah saling mengait, tubuh bagian depan menempel ketat dan sesekali saling menggesek, kedua tangan mengusap-usap bagian belakang tubuh pasangan, “Aaaaaahhh,” nikmat luar biasa. Tak ingat berapa lama kami melakukan aksi seperti itu, kami melanjutkannya dalam posisi duduk, tak ingat persis siapa yang mulai. Aku duduk bersandar pada dinding kamar mandi, kali ku luruskan, sementar Mbak Indah duduk di atas pahaku, lututnya menyentuh lantai kamar mandi. Kemudian kurasakan Mbak Indah melepaskan bibirnya dari bibirku, pelahan menyusur ke bawah. Berhenti di leherku, lidahnya beraksi menjilati leherku, berpindah-pindah. Setelah itu, dilanjutkan ke bawah lagi, berhenti di dadaku. Sebelah kanan-kiri, tengah jadi sasaran lidah dan bibirnya. Kemudian turun lagi ke bawah, ke perut, berhenti di pusar. Tangannya menggenggam rudalku, didorong sedikit ke samping dengan lembut, sementara lidahnya terus mempermainkan pusarku. Puas di situ, turun lagi, dan bijiku sekarang yang jadi sasaran. Sementara lidahnya beraksi di sana, tangan kanannya mengusap-usap kepala rudalku dengan lembut. Aku sampai berkelojotan sambil mengerang-erang menikmati aksi Mbak Indah yang seperti itu. Pelahan-lahan bibirnya merayap naik menyusuri batang rudalku, dan berhenti di bagian kepala, sementara tangannya ganti menggenggam bagian batang. Kepala rudalku dikulumnya, dijilati, berpindah dan berputar-putar, sehingga tak satu bagianpun yang terlewat. Beberapa saat kemudian, kutekan kepala Mbak Indah ke bawah, sehingga bagian batanku pun masuk 2/3 ke mulutnya. Digerakkannya kepalanya naik turun pelahan-lahan, berkali-kali. Kadang-kadang aksinya berhenti sejenak di bagian kepala, dijilati lagi, kemudian diteruskan naik turun lagi. Pertahananku nyaris jebol, tapi aku belum mau terjadi saat itu. Kutahan kepalanya, kuangkat pelan, tapi Mbak Indah seperti melawan. Hal itu terjadi beberapa kali, sampai akhirnya aku berhasil mengangkat kepalanya dan melepas rudalku dari mulutnya. Kuangkat kepala Mbak Indah, sementara matanya terpejam. Kudekatkan, dan kukulum lembut bibirnya. Pelan-pelan kurebahkan Mbak Indah yang masih memejamkan mata sambil mendesis itu ke lantai kamar mandi. Kutindih sambil mulutku melahap kedua toketnya, sementara tanganku meremasnya bergantian. Erangannya, desahannya, jeritan-jeritan kecilnya bersahut-sahutan di tengah gemericik siraman air shower. Kuturunkan lagi mulutku, berhenti di gundukan yang ditumbuhi bulu lebat, namun tercukur dan tertata rapi. Beberapa kali kugigit pelan bulu-bulu itu, sehingga pemiliknya menggelinjang ke kanan kiri. Kemudian kupisahkan kedua pahanya yang putih,besar dan empuk itu. Kubuka lebar-lebar. Kudaratkan bibirku di bibir memeknya, kukecup pelan. Kujulurkan lidahku, kutusuk-tusukan pelan ke daging menonjol di antar belahan memek Mbak Indah. Pantat Mbak Indah mulai bergoyang-goyang pelahan, sementara tangannya menjambak atau lebih tepatnya meremas rambutku, karena jambakannya lembut dan tidak menyakitkan. Kumasukkan jari tengahku ku lubang memeknya, ku keluar masukkan dengan pelan. Desisan Mbak Indah makin panjang, dan sempat ku lirik matanya masih terpejam. Kupercepat gerakan jariku di dalam lubang memeknya, tapi tangannya langsung meraih tanganku yang sedang beraksi itu dan menahannya. Kupelankan lagi, dan Mbak melepas tangannya dari tanganku. Setiap kupercepat lagi, tangan Mbak Indah meraih tanganku lagi, sehingga akhirnya aku mengerti dia hanya mau jariku bergerak pelahan di dalam memeknya. Beberapa menit kemudian, kurasakan Mbak Indah mengangkat kepalaku menjauhkan dari memeknya. Mbak Indah membuka mata dan memberi isyarat padaku agar duduk bersandar di dinding kamar mandi. Seterusnya merayap ke atasku, mengangkang tepat di depanku. Tangannya meraih rudalku, diarahkan dan dimasukkan ke dalam lubang memeknya. “Oooooooooooohh ,” Mbak Indah melenguh panjang dan matanya kembali terpejam saat rudalku masuk seluruhnya ke dalam memeknya. Mbak Indah mulai bergerak naik-turun pelahan sambil sesekali pinggulnya membuat gerakan memutar. Aku tidak sabar menghadapi aksi Mbak Indah yang menurutku terlalu pelahan itu, mulai kusodok-sodokkan rudalku dari bawah dengan cukup cepat. Mbak Indah menghentikan gerakannya, tangannya menekan dadaku cukup kuat sambil kepala menggeleng, seperti melarangku melakukan aksi sodok itu. Hal itu terjadi beberapa kali, yang sebenarnya membuatku agak kecewa, sampai akhirnya Mbak Indah membuka matanya, tangannya mengusap kedua mataku seperti menyuruhkan memejamkan mata. Aku menurut dan memejamkan mataku. Setelah beberapa saat aku memejamkan mata, aku mulai bisa memperhatikan dengan telingaku apa yang dari tadi tidak kuperhatikan, aku mulai bisa merasakan apa yang dari tadi tidak kurasakan. Desahan dan erangan Mbak Indah ternyata sangat teratur dan serasi dengan gerakan pantatnya,sehingga suara dari mulutnya, suara alat kelamin kami yang menyatu dan suara siraman air shower seperti sebuah harmoni yang begitu indah. Dalam keterpejaman mata itu, aku seperti melayang-layang dan sekelilingku terasa begitu indah, seperti nama wanita yang sedang menyatu denganku. Kenikmatan yang kurasakan pun terasa lain, bukan kenikmatan luar biasa yang menhentak-hentak, tapi kenikmatan yang sedikit-sedikit, seperti mengalir pelahan di seluruh syarafku, dan mengendap sampai ke ulu hatiku. Beberapa menit kemudian gerakan Mbak Indah berhenti pas saat rudalku amblas seluruhnya. Ada sekitar 5 detik dia diam saja dalam posisi seperti itu. Kemudian kedua tangannya meraih kedua tanganku sambil melontarkan kepalanya ke belakang. Kubuka mataku, kupegang kuat-kuat kedua telapak tangannya dan kutahan agar Mbak Indah tidak jatuh ke belakang. Setelah itu pantatnya membuat gerakan ke kanan-kiri dan terasa menekan-nekan rudal dan pantatku. “Aaa .. aaaaaa … aaaaaaaaaaaaahhhhhhhhhhhhhh,” desahan dan jeritan kecil Mbak Indah itu disertai kepala dan tubuhnya yang bergerak ke depan. Mbak Indah menjatuhkan diri padaku seperti menubruk, tangannya memeluk tubukku, sedang kepalanya bersandar di bahu kiriku. Ku balas memeluknya dan kubelai-belai Mbak Indah yang baru saja menikmati orgasmenya. Sebuah cara orgasme yang eksotik dan artistik. Setelah puas meresapi kenikmatan yang baru diraihnya, Mbak Indah mengangkat kepala dan membuka matanya. Dia tersenyum yang diteruskan mencium bibirku dengan lembut. Belum sempat aku membalas ciumannya, Mbak Indah sudah bangkit dan bergeser ke samping. Segera kubimbing dia agar rebahan dan telentang di lantai kamar mandi. Mbak Indah mengikuti kemauanku sambil terus menatapku dengan senyum yang tidak pernah lepas dari bibirnya. Kemudian kuarahkan rudalku yang rasanya seperti empot-empotkan ke lubang memeknya, kumasukkan seluruhnya. Setelah amblas semuanya Mbak Indah memelekku sambil berbisik pelan. “Jangan di dalam ya sayang, aku belum minum obat,” aku mengangguk pelan mengerti maksudnya. Setelah itu mulai kugoyang-goyang pantatku pelan-pelan sambil kupejamkan mata. Aku ingin merasakan kembali kenikmatan yang sedikit-sedikit tapi meresap sampai ke ulu hati seperti sebelumnya. Tapi aku gagal, meski beberapa lama mencoba. Akhirnya aku membuat gerakan seperti biasa, seperti yang biasa kulakukan pada tante Ani atau Nita. Bergerak maju mundur dari pelan dan makin lama makin cepat. “Aaaah… Hoooohh,” aku hampir pada puncak, dan Mbak Indah cukup cekatan. Didorongnya tubuhku sehingga rudalku terlepas dari memeknya. Rupanya dia tahu tidak mampu mengontrol diriku dan lupa pada pesannya. Seterusnya tangannya meraih rudalku sambil setengah bangun. Dikocok-kocoknya dengan gengaman yang cukup kuat, seterusnya aku bergeser ke depan sehingga rudalku tepat berada di atas perut Mbak Indah. “Aaaaaaaah … aaaaaaahhh … crottt… crotttt ..,” beberapa kali spermaku muncrat membasahi dada dan perut Mbak Indah. Aku merebahku tubuhku yang terasa lemas di samping Mbak Indah, sambil memandanginya yang asyik mengusap meratakan spermaku di tubuhnya. “Hampir lupa ya?” lagi-lagi hidungku jadi sasarannya waktu Mbak Indah mengucapkan kata-kata itu. *** Selama di bus dalam perjalanan pulang aku memejamkan mata sambil mengingat-ingat pengalaman yang baru saja ku dapat dari Mbak Indah. Saat di kamar mandi, dan saat mengulangi sekali lagi di kamarnya. Seorang wanita dengan gaya bersetubuh yang begitu lembut dan penuh perasaan. “Kalau sekedar mengejar kepuasan nafsu, itu gampang. Tapi aku mau lebih. Aku mau kepuasan nafsuku selaras dengan kepuasan yang terasa di jiwaku.” Kepuasan yang terasa di jiwa, itulah hal yang kudapat dari Mbak Indah dan hanya dari Mbak Indah, karena kelak setelah gonta-ganti pasangan, tetap saja belum pernah kudapatkan kenikmatan seperti yang kudapatkan dari Mbak Indah. Kepuasan dan kenikmatan yang masih terasa dalam jangka waktu yang cukup lama meskipun persetubuhan berakhir. “Ingat ya, jangan pernah sekali-kali kamu lakukan sama Sarah. Kalau sampai kamu lakukan, aku tidak akan pernah memaafkan kamu!” Aku terbangun, rupanya dalam tidurku aku bermimpi Mbak Indah memperingatkanku tentang Sarah, adiknya. Dan bus pun sudah mulai masuk terminal. cerita dewasacerita hotcerita sekscerita sex